Rabu, Juni 10, 2009

Penelitian Tindakan Kelas

Beberapa hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan oleh guru-guru SMP Negeri 14 Purworejo.
1. Mata Pelajaran IPA
2. Mata Pelajaran IPS
3. Mata Pelajaran Matematika
4. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

2 komentar:

  1. Berikut contoh PTK Bahasa Indonesia Kelas VII

    ABSTRAK
    Sunardi,S.Pd, NIP. 131576352. Peningkatan Kemampuan Membaca
    Cepat dengan Penghitungan Kemampuan Efektif Membaca (KEM)
    Kelas VII C SMP Negeri 14 Purworejo Tahun Pembelajaran 2008/2009.
    Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ).

    Kemampuan membaca cepat siswa SMP Negeri 14 Purworejo kurang memuaskan. Padahal, silabus Bahasa Indonesia menyatakan siswa diharapkan mampu membaca cepat 200-300 kata per menit dengan pemahaman 75 % terhadap isi bacaan. Berdasarkan hal itu penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan membaca cepat dan pemahaman isi bacaan lewat prosedur (1) menghitung/ menjumlah berapa kata yang dibaca siswa dalam tiap menit (2) menilai kemampuan menjawab isi bacaan (3) memasukkan hasil hitungan dengan rumus KEM :jumlah kata terbaca tiap menit dikalikan skor jawaban benar.
    Hasil penelitian terhadap siswa kelas VII C SMP Negeri 14 Purworejo diperoleh hasil memuaskan. Pada akhir siklus ada peningkatan kemampuan efektif membaca (KEM ) se

    BalasHapus
  2. Profesionalitas
    FORUM, Kompas Jateng 27/9/08
    oleh : FX Triyas Hadi Prihantoro
    Dalam sebuah berita utama harian lokal kota Solo 23 Agustus 2008 tertulis “golongan 2.000 an guru jalan di tempat”. Dijelaskan bahwa guru golongan IV A di tingkat SD sampai SMA mandeg (berhenti),  lantaran sejumlah faktor dengan variasi selang waktu 6-12 tahun. Berarti kenaikkan golongannya tertunda.
    Tidak lebih dari 2 persen (40 orang) guru tersebut yang bisa naik tingkat ke golongan IVB. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Forum Komunikasi Pengembangan Program Pendidik (FKP3) H. Sajidan M.Pd. saat acara lounching Jurnal Pendidikan “Dwija Utama”.Â
    Bukan berita mengejutkan, namun ironis bagi seorang guru yang katanya menganggap sebagai tenaga Profesional.
    Seringkali realita di lapangan tidak sejalan dengan tuntutan. Kadang para guru demonstrasi menuntut kesetaraan gaji, tambahan berbagai tunjangan, fasilitas kerja temasuk pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) demi  profesionalitas. Namun saat tuntutan dibalik dengan seberapa mampu memperoleh nilai dari pengembangan profesi relatif tidak terpenuhi. Akhirnya terjadi Kemandegan yang dialami pada jenjang golongan IV A karena tidak terasahnya kemampuan tulis menulis.
    Aneh tapi nyata bagi guru Indonesia. Padahal salah satu modal utama seorang guru dalam mengajar adalah kemampuan tulis menulis, menerangkan, membimbing, membina dan pendampingan siswa. Guru profesional adalah guru yang mau mengembangkan dirinya dan mau berubah ke arah yang lebih baik.  Seperti tertulis dalam UU Guru dan Dosen bahwa guru harus mempunyai kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional dan harus mau merubah pola pikir. Padahal prisnsip belajar tidak hanya sekali tapi sepanjang hayat.
    Maka dari itu tulisan ini lebih tertuju kepada, bagaimana menumbuhkan hasrat motivasi guru untuk menulis sebagai upaya menuju profesionalitas sesuai tuntutan?.  Sebab pada dasarnya kriteria  kenaikan golongan ke IV B perlu penilaian pada pengembangan profesi (menulis) sejalan dengan profesionalisme.
    Pada prinsipnya guru merupakan  pelaku aktif sebuah proses pembentukan ilmu pengetahuan (knowledge construction). Oleh karena itu  tulis menulis dan pertemuan ilmiah (seminar) merupakan rangkaian kegiatan yang tak bisa dipisahkan guna pembentukan, menambah dan mengembangkan pengetahuan. Sebab guru era sekarang harus proaktif dan ofensif dalam menambah pengetahuan.

    BalasHapus